Entah Harus Kuapakan Perasaan Ini

Ku menuliskan kisah ini, bukan untuk memburukkanmu atau siapapun. Ini hanya sekedar caraku untuk mengolah emosi menjadi hal yang lebih positif. Daripada harus kusimpan saja sehingga memenuhi hati dan pikiran, membuat sesak dan ingin meledak. Lebih baik kutuangkan lewat kata dan kalimat.
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Aku harus mengambil kesimpulan apa? Apa yang harus kusimpulkan? Sesuatu yang positif atau negatif?

Rasanya begitu kesal. Apa sebegitu tidak berharganya diriku dan juga perasaanku ini bagimu?

Lalu…, harus kuapakan perasaan ini?


Selama ini, hanya aku yang terus berkata sayang. Mengungkapkan betapa berharganya dirimu bagiku. Tapi…., apa pernah kau berkata hal yang sama padaku? Lalu untuk apa ada aku? Kenapa tidak kau usir saja aku? Setidaknya itu lebih baik daripada kau biarkan aku tinggal di hidupmu tetapi terus kau hidangkan aku menu tontonan yang membuatku kehilangan selera untuk hidup. Setiap hari ku harus meneguk rasa pahit karena melihat kamu begitu mudahnya berkata sayang pada wanita-wanita lain. Kau bilang mereka begitu berarti untuk kamu. Sementara untukku, kenapa hal tersebut begitu sulit kau ucapkan?

Panggilan sayang itu, hanya untuk kamu, hanya di antara kita. Lantas kenapa kamu gunakan untuk memanggil orang lain? Kau obral tanpa memandang perasaanku. Kau sudah berkali-kali mengecewakanku. Namun aku tetap saja tak bisa membencimu. Rasa sayang ini tak pernah bisa kuhapus, tak pernah bisa kubuang. Meski kini kau telah membuangku dan lebih memilih merekalah yang tetap tinggal di hidupmu.

Aku tidak menyesal menyayangimu. Aku tidak menyesal mengenalmu. Yang kusesalkan adalah ketidakberdayaanku. Ku tak mampu membuatmu bahagia sehingga ku pun tak bisa bahagia. Aku tidak bisa menyalahkanmu sepenuhnya atas semua ini. Karena ku juga salah. Mungkin kau tidak pernah nyaman dengan sikapku yang terlalu menyayangimu. Sehingga setiap apa yang kulakukan, terkesan manja dan egois di matamu. Maafkan aku…

Aku yang terjebak pada perasaan. Sehingga sering menyayang tanpa alasan. Aku pun bingung tak tahu apa yang harus dilakukan. Pikiran melayang dan jiwaku muram. Hati ini tertatih-tatih, merintih menahan perih. Aku menangis tanpa air mata, menyandang pertanyaan yang selalu bergemuruh di dalam dada, “mengapa engkau sekejam ini padaku?”



Jika aku pergi, kau menarikku tuk datang kembali. Tapi saat di sisimu, begitu kejam perlakuanmu itu. Kau marah bila ku cemburu, namun kau begitu sering membuatku cemburu. Kau tak senang bila ku marah, namun kau tak membantuku menahan amarah.

Ingin sekali  kurobek hati ini
Membuat lubang dan ku masukkan kau ke dalamnya
Kan kedekap dan kujaga sepenuh jiwa
Bahkan ketika ku sudah tak bernapas nanti

Wahai engkau pujaan hati
Susah payah ku berjuang tuk kuatkan diri
Agar terus bisa bersama dirimu
Agar tak pernah menyalahkanmu atas ketidakmampuanku

Pagi, siang, dan malam
Kureguk pahitnya sedih dan gulana
Menahan rasa dan amarah di dalam dada
Meskipun harus tertatih dan meronta

Sempat terlintas dalam pikiran
Hendak kumaki cinta yang begitu menyakitkan
Mungkin kematian lebih indah dan manis
Daripada harus melihat engkau jajakan cinta

Di kala enkau berpaling tanpa enggan
Seketika remuk jantung ini tak berbentuk
Tak sadar air matapun jatuh berderai
Meski dalam getir ku berusaha tuk tetap tegar

Kunanti walau ku tak yakin kau kan datang
Meski kecewa sering mengiris perasaan
Meski sering hatiku miris
Ku tak menyesal pernah menyayang


Sesungguhnya ku bingung dengan apa yang terjadi. Mengapa ku sakit hati kepada hubungan tanpa komitmen. Tak pernah ada janji untuk setia, tak pernah ada ungkapan cinta. Bertingkah layaknya kekasih, padahal mungkin tak sekalipun ku ada dalam hatimu. Bahkan mungkin, tak sedikitpun diriku berharga untukmu. Aku tak tahu, aku tak mau membuat otakku penuh sesak dengan berbagai pikiran buruk terhadapmu. Oleh karena itu, mulai detik ini ku akan menyayangmu sewajarnya saja dan tak berlebihan. Perasaan ini akan kuredam hingga menjadi netral kembali. Berdiri di sisimu dengan perasaan sebagai teman mungkin adalah jalan yang terbaik yang harus kuambil agar tak ada yang tersakiti, baik itu aku, kamu, atau orang lain di sekitar kita. 


by Nana CL, 27 April 2011


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer